PEKAN kemarin, puncuk pimpinan Polres Probolinggo Kota dan Polres Probolinggo, diganti. Kapolres Probolinggo Kota yang sebelumnya dijabat AKBP Iwan Setyawan, diganti oleh AKBP Sumaryono. Iwan digeser ke Polres Probolinggo menggantikan AKBP Riky Haznul.
Digantinya dua pucuk pimpinan penegak hukum itu, tentu
membawa angin segar bagi masyarakat yang ingin merasa aman dan diayomi.
Masyarakat berharap orang-orang baru itu bisa lebih baik daripara pendahulunya.
Meski para
pendahulu mereka meninggalkan banyak pekerjaan rumah (PR). Misalnya, AKBP Riky
masih belum berhasil mengungkap sejumlah kasus pembunuhan. Seperti, pembunuhan
terhadap Miskari, 60, warga Desa Kedungsumur, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten
Probolinggo. Pria sepuh itu, ditemukan tewas di tepi sawah dekat rumahnya,
Rabu, 21 Januari 2015. Pada Kamis, 5 Februari 2015, juga ditemukan mayat Mr. X
yang terkubur di Dusun Payan, Desa Tegalsono, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten
Probolinggo. Dipastikan mayat itu korban pembunuhan karena mayat terkubur
dengan tangan terikat.
Pada
Maret dan Mei 2015, juga terjadi pembunuhan. Artinya, hampir tiap bulan di
wilayah hukum Polres Probolinggo, terjadi pembunuhan. Nahasnya, kasus-kasus itu
belum berhasil diungkap. Belum lagi kasus perampokan atau begal, serta kasus
pencurian bermodus pecah kaca mobil.
Dari
catatan penulis, setidaknya ada tiga kasus pencurian bermodus pecah kaca mobil
yang belum terungkap. Salah satunya, menimpa Fathul Munir, 40, kepala cabang
BMT Probolinggo. Selasa 28 OKtober 2014, ia jadi korban saat mobilnya diparkir
di jalan desa selatan Pasar Semampir Kraksaan. Darinya, pelaku berhasil
menggondol Rp 150 juta.
Sejumlah kasus itu, tentu patut menjadi perhatian AKBP
Iwan Setyawan. Memegang tampuk kepemimpinan Polres Probolinggo, masyarakat
berharap banyak. Meski selama ini, patut diakui dan diapresiasi, selama
memimpin Polres Probolinggo Kota, Iwan telah menorehkan banyak prestasi. Salah
satunya berhasil menangkap si ”Kolor Ijo” Buasir Nur Khotib, 50, pada 27
Januari 2014.
Sepak
terjang Buasir, warga Desa Pohsangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten
Probolinggo, itu telah meresahkan warga Kota dan Kabupaten Probolinggo. Sebab,
aksinya tak hanya mencuri barang, tapi juga memperkosa korban. Korbannya pun mencapai
puluan dan menimbulkan trauma mendalam. Di tangan Iwan, kasus yang sempat
diusut sejumlah kapolres pendahulunya itu, berhasil diungkap.
Namun,
bukan berarti Iwan tak meninggalkan PR untuk AKBP Sumaryono. Pria yang pernah
berjualan koran itu, ditinggali kasus yang cukup menarik perhatian warga Kota
Probolinggo. Salah satunya, penyelidikan kasus dugaan adanya tarian erotis di
JJ Royal. Kasus ini menjadi perhatian publik karena selama ini, terutama ormas
keagamaan, kompak meminta sejumlah tempat hiburan malam di Kota Probolinggo,
ditutup. Sebab, dinilai sebagai sumber kemaksiatan.
Di
samping itu, juga ada kasus pembunuhan dengan korban Andara Arjuna Dewabrata,
12, warga Kelurahan/Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo. Bocah SD itu ditemukan
tewas di rumahnya Maret lalu. Diduga, bocah itu dibunuh dengan cara dijerat
lehernya dengan tali. Sampai Iwan
dipindah, kasus ini juga belum terungkap.
Asa besar disandangkan masyarakat kepada dua kapolres
anyar tersebut. Masyarakat masih optimistis terhadap upaya kepolisian dalam
mewujudkan kebenaran dan mengungkap kejahatan. Kami masih yakin para penggawa institusi
kepolisian merupakan putra terbaik negara. Serta, memiliki kualitas kemampuan
mengungkap kebenaran terbaik juga. Apalagi, sebelum terjun melayani dan
melindungi masyarakat, mereka pun telah bersumpah atas nama Tuhan, yang dikenal
dengan istilah Tribrata.
Masyarakat tentunya tak mengharap individu-individu
polisi yang butuh pencitraan. Masyarakat butuh orang-orang dengan action nyata, seperti mantan Perdana Menteri
Singapura Lee Kuan Yew. Dia percaya, penghormatan datang dari prestasi, bukan
dipuja-puji. Masyarakat butuh mereka yang bertindak dengan hati. Dan, selalu
dekat dan memikirkan orang-orang kecil, orang-orang terbuang, dan orang-orang
terpinggirkan.
Masyarakat juga butuh orang seperti AKBP Riky Haznul,
mantan Kapolres Probolinggo yang mengakui masih banyak PR yang ditingalkan
untuk AKBP Iwan. Meski sejatinya banyak juga kasus yang sudah berhasil diungkap
(Jawa Pos Radar Bromo, 30 Mei 2015). Masyarakat tak butuh polisi atau
pejabat yang hanya menjaga citra dengan janji kosong.
Dalam teori psikologi; citra merupakan bagian dari
persepsi dan mengandung banyak unsur subjektif. Unsur subjektif merupakan unsur
lain di samping sarana dan prasarana yang mempengaruhi kualitas citra. Gambaran
diri seorang tokoh masyarakat sebagai esensi dari citra, dapat berwujud melalui
kinerja, keteladanan, kedisiplinan, kejujuran, ketegasan, dan bahkan tersangkut
kualitas ketakwaannya.
Keteladanan merupakan sikap utama yang perlu ditonjolkan
untuk melaksanakan tugas. Serta, mengembangkan individu dan membangun kelompok.
Sedangkan, keteladanan Polri dalam kinerjanya di antaranya mencakup; keteladanan
dalam melaksanakan ketakwaan kepada Tuhan, memberikan semangat, melaksanakan
sistem keamanan swakarsa, memberikan dorongan kerja, dan kewaspadaan terhadap
lingkungan.
Harus diakui, tugas Polri menyatu dengan masyarakat. Sehingga,
wajar bila kinerja Polri dievaluasi oleh masyarakat. Meski secara ilmiah,
menilai sesuatu harus memiliki ukuran penilaian atau standar penilaian. Nah, ukuran
penilaian inilah yang belum tentu dimiliki masyarakat dalam kuantitas dan
kualitas majemuk.
Selama ini masyarakat menilai tugas atau kinerja Polri
dari pengamatan dalam perjalanan tugasnya. Bila masih banyak kasus yang belum
diselesaikan, jelas masyarakan akan memberi nilai kurang memuaskan dan mengecap
polisi kurang kerja keras. Begitu juga sebaliknya. Meski penilaian ini tolok
ukurnya amat bersifat subjektif, tapi mengabaikan penilaian masyarakat seperti
itu juga kurang bijaksana. Sebab, bagaimana pun kinerja polisi adalah semacam
etalase Polri.
Penilaian seperti ini memberikan makna sebenarnya tentang
apa yang secara faktual telah dilakukan polisi. Sehingga, kualitas citra Polri
amat ditentukan oleh evaluasi masyarakat terhadap kinerja Polri di lapangan.
Dan, penilaian masyarakat sangat ditentukan oleh aksi nyata polisi dalam mengayomi
dan memberikan rasa aman. Wallahu a’lam. (*)
0 komentar:
Posting Komentar