Sabtu, 30 Mei 2015

Menunggu Kerja Kapolres Baru



PEKAN kemarin, puncuk pimpinan Polres Probolinggo Kota dan Polres Probolinggo, diganti. Kapolres Probolinggo Kota yang sebelumnya dijabat AKBP Iwan Setyawan, diganti oleh AKBP Sumaryono. Iwan digeser ke Polres Probolinggo menggantikan AKBP Riky Haznul.



Digantinya dua pucuk pimpinan penegak hukum itu, tentu membawa angin segar bagi masyarakat yang ingin merasa aman dan diayomi. Masyarakat berharap orang-orang baru itu bisa lebih baik daripara pendahulunya.
 Meski para pendahulu mereka meninggalkan banyak pekerjaan rumah (PR). Misalnya, AKBP Riky masih belum berhasil mengungkap sejumlah kasus pembunuhan. Seperti, pembunuhan terhadap Miskari, 60, warga Desa Kedungsumur, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo. Pria sepuh itu, ditemukan tewas di tepi sawah dekat rumahnya, Rabu, 21 Januari 2015. Pada Kamis, 5 Februari 2015, juga ditemukan mayat Mr. X yang terkubur di Dusun Payan, Desa Tegalsono, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Dipastikan mayat itu korban pembunuhan karena mayat terkubur dengan tangan terikat.
Pada Maret dan Mei 2015, juga terjadi pembunuhan. Artinya, hampir tiap bulan di wilayah hukum Polres Probolinggo, terjadi pembunuhan. Nahasnya, kasus-kasus itu belum berhasil diungkap. Belum lagi kasus perampokan atau begal, serta kasus pencurian bermodus pecah kaca mobil.
Dari catatan penulis, setidaknya ada tiga kasus pencurian bermodus pecah kaca mobil yang belum terungkap. Salah satunya, menimpa Fathul Munir, 40, kepala cabang BMT Probolinggo. Selasa 28 OKtober 2014, ia jadi korban saat mobilnya diparkir di jalan desa selatan Pasar Semampir Kraksaan. Darinya, pelaku berhasil menggondol Rp 150 juta.
Sejumlah kasus itu, tentu patut menjadi perhatian AKBP Iwan Setyawan. Memegang tampuk kepemimpinan Polres Probolinggo, masyarakat berharap banyak. Meski selama ini, patut diakui dan diapresiasi, selama memimpin Polres Probolinggo Kota, Iwan telah menorehkan banyak prestasi. Salah satunya berhasil menangkap si ”Kolor Ijo” Buasir Nur Khotib, 50, pada 27 Januari 2014.
Sepak terjang Buasir, warga Desa Pohsangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, itu telah meresahkan warga Kota dan Kabupaten Probolinggo. Sebab, aksinya tak hanya mencuri barang, tapi juga memperkosa korban. Korbannya pun mencapai puluan dan menimbulkan trauma mendalam. Di tangan Iwan, kasus yang sempat diusut sejumlah kapolres pendahulunya itu, berhasil diungkap.
Namun, bukan berarti Iwan tak meninggalkan PR untuk AKBP Sumaryono. Pria yang pernah berjualan koran itu, ditinggali kasus yang cukup menarik perhatian warga Kota Probolinggo. Salah satunya, penyelidikan kasus dugaan adanya tarian erotis di JJ Royal. Kasus ini menjadi perhatian publik karena selama ini, terutama ormas keagamaan, kompak meminta sejumlah tempat hiburan malam di Kota Probolinggo, ditutup. Sebab, dinilai sebagai sumber kemaksiatan.
Di samping itu, juga ada kasus pembunuhan dengan korban Andara Arjuna Dewabrata, 12, warga Kelurahan/Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo. Bocah SD itu ditemukan tewas di rumahnya Maret lalu. Diduga, bocah itu dibunuh dengan cara dijerat lehernya  dengan tali. Sampai Iwan dipindah, kasus ini juga belum terungkap.
Asa besar disandangkan masyarakat kepada dua kapolres anyar tersebut. Masyarakat masih optimistis terhadap upaya kepolisian dalam mewujudkan kebenaran dan mengungkap kejahatan. Kami masih yakin para penggawa institusi kepolisian merupakan putra terbaik negara. Serta, memiliki kualitas kemampuan mengungkap kebenaran terbaik juga. Apalagi, sebelum terjun melayani dan melindungi masyarakat, mereka pun telah bersumpah atas nama Tuhan, yang dikenal dengan istilah Tribrata.
Masyarakat tentunya tak mengharap individu-individu polisi yang butuh pencitraan. Masyarakat butuh orang-orang dengan action nyata, seperti mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Dia percaya, penghormatan datang dari prestasi, bukan dipuja-puji. Masyarakat butuh mereka yang bertindak dengan hati. Dan, selalu dekat dan memikirkan orang-orang kecil, orang-orang terbuang, dan orang-orang terpinggirkan.
Masyarakat juga butuh orang seperti AKBP Riky Haznul, mantan Kapolres Probolinggo yang mengakui masih banyak PR yang ditingalkan untuk AKBP Iwan. Meski sejatinya banyak juga kasus yang sudah berhasil diungkap (Jawa Pos Radar Bromo, 30 Mei 2015). Masyarakat tak butuh polisi atau pejabat yang hanya menjaga citra dengan janji kosong.
Dalam teori psikologi; citra merupakan bagian dari persepsi dan mengandung banyak unsur subjektif. Unsur subjektif merupakan unsur lain di samping sarana dan prasarana yang mempengaruhi kualitas citra. Gambaran diri seorang tokoh masyarakat sebagai esensi dari citra, dapat berwujud melalui kinerja, keteladanan, kedisiplinan, kejujuran, ketegasan, dan bahkan tersangkut kualitas ketakwaannya.
Keteladanan merupakan sikap utama yang perlu ditonjolkan untuk melaksanakan tugas. Serta, mengembangkan individu dan membangun kelompok. Sedangkan, keteladanan Polri dalam kinerjanya di antaranya mencakup; keteladanan dalam melaksanakan ketakwaan kepada Tuhan, memberikan semangat, melaksanakan sistem keamanan swakarsa, memberikan dorongan kerja, dan kewaspadaan terhadap lingkungan.
Harus diakui, tugas Polri menyatu dengan masyarakat. Sehingga, wajar bila kinerja Polri dievaluasi oleh masyarakat. Meski secara ilmiah, menilai sesuatu harus memiliki ukuran penilaian atau standar penilaian. Nah, ukuran penilaian inilah yang belum tentu dimiliki masyarakat dalam kuantitas dan kualitas majemuk.
Selama ini masyarakat menilai tugas atau kinerja Polri dari pengamatan dalam perjalanan tugasnya. Bila masih banyak kasus yang belum diselesaikan, jelas masyarakan akan memberi nilai kurang memuaskan dan mengecap polisi kurang kerja keras. Begitu juga sebaliknya. Meski penilaian ini tolok ukurnya amat bersifat subjektif, tapi mengabaikan penilaian masyarakat seperti itu juga kurang bijaksana. Sebab, bagaimana pun kinerja polisi adalah semacam etalase Polri.
Penilaian seperti ini memberikan makna sebenarnya tentang apa yang secara faktual telah dilakukan polisi. Sehingga, kualitas citra Polri amat ditentukan oleh evaluasi masyarakat terhadap kinerja Polri di lapangan. Dan, penilaian masyarakat sangat ditentukan oleh aksi nyata polisi dalam mengayomi dan memberikan rasa aman. Wallahu a’lam. (*)

0 komentar:

Posting Komentar