Senin, 19 Oktober 2015

Kiai Yang Protokoler


Gus Boy tentang K.H. Hasan Saifourridzall

DUA puluh empat tahun lalu, tepatnya 1 Dzulhijjah 1322 Hijriah, K.H. Hasan Saifourridzall, seorang ulama besar di Kabupaten Probolinggo, menghadap Yang Maha Kuasa. Pengasuh ketiga Pesantren Zainul Hasan Genggong, Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, itu meninggalkan ribuan santri  dan umat yang amat mencintainya.


Kiai karismatik itu, memang sudah tiada. Namun, banyak kenangan tentang beliau yang tak mudah dilupakan. Banyak kisah dari kehidupan beliau yang masih terus diteladani ribuan muslim. Salah satunya sikap istikamah dan loyalitas beliau yang seakan “sulit” ditiru.
K.H. Moh. Hasan Naufal, salah seorang putra Kiai Hasan Saifourridzall mengatakan, keistikamahan Kiai Hasan bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari beliu ketika memangku pesantren. Saban hari, beliau tak pernah melewatkan untuk salat berjamaan bersama santri di masjid. Bahkan, meski beliau sibuk dengan menghadiri undangan dakwah.
Dari saking konsisten dan menghargainya beliau kepada waktu, Kiai Hasan sampai mempunyai catatan sendiri soal aktivitasnya saban hari. Seperti, hari ini melakukan apa dan besok melakukan apa. Beliau juga sering mengingatkan santri tentang pentingnya waktu. “Beliau sering bilang, waktu itu adalah pedang,” ujar K.H. Moh. Hasan Naufal, dalam acara haul almarhum Kiai Hasan Saifouridzall, Jumat (18/9) lalu.
Bahkan, ketika diundang berdakwa, Kiai Hasan tak akan pernah membahas topik yang sama di tempat yang sama meski waktunya berbeda. Misalnya, tahun lalu Kiai Hasan diundang ke Desa Jurangjero, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Di sana, Kiai Hasan membahas masalah sabar. Andai Kiai Hasan diundang lagi tahun ini, atau di kesempatan lain, beliau tak akan lagi membahas masalah sabar. Melainkan, mencari pembahasan lainnya. Seperti, ikhlas dan lain sebagainya.
“Beliau ini, kalau istilah di kepresidenan sangat protokoler. Apa yang akan dikerjakan sudah terkonsep. Ini yang seharunya menjadi pelajaran dan berusaha kita tiru,” ujar kiai yang masih sering disapa dengan panggilan Gus Boy tersebut.
Di samping itu, Gus Boy juga mengungkapkan Kiai Hasan sangatlah loyal. Tak hanya kepada keluarganya, tapi juga kepada umat. Pernah suatu ketika, kala itu Kiai Hasan dalam keadaan sakit. Beliau meminta seluruh anak dan cucunya dikumpulkan. Dalam pertemuan itu, Kiai Hasan meminta kepada anak dan cucu-cucunya didoakan agar bisa segera sembuh.
“Doakan saya ya nak, agar cepat sembuh. Kalau saya sembuh, nanti kalian akan saya ajak ke hotel,” ujar Gus Boy, menirukan permintaan dan janji Kiai Hasan waktu itu. Menurut Gus Boy, janji itu sebagai salah satu gambaran betapa beliau sangat loyal dan royal. Sebab, diwaktu sakit beliu masih memikirkan untuk membahagiakan anak dan cucunya dengan mengajak mereka ke hotel.
“Makanya, para suami jangan pelit. Ajak istri kalian ke hotel meski hotel kelas melati. Meski banyak nyamuknya tidak apa-apa, yang penting hotel. Tapi, harus dilihat juga isi dompetnya. Jangan sampai tidak bisa keluar dari hotel karena tidak bisa membayar,” pesannya disambut tawa ratusan udangan. (ind)

0 komentar:

Posting Komentar