AWALNYA saya heran bin kurang percaya ketika seorang teman mengaku habis dicolong duitnya oleh kasir sebuah minimarket. Seorang teman mengaku membeli sejumlah barang dan membayar dengan uang lebih. Sehingga, memerlukan kembalian atas uang sisa belanja.
Setelah membayar
di kasir, seorang teman itu merasa janggal karena merasa duit kembaliannya kurang.
Sedangkan, si kasir tak memberikan nota dengan alasan printer-nya error. Karena
merasa ada yang aneh, seorang teman mengecek lagi harga satu persatu barang yang
dibelinya. Syukur belanjanya gak
begitu banyak. Eh, ternyata benar. Duit
sisanya kurang Rp 5.000.
Setelah
memantapkan hati, akhirnya si teman kembali ke meja kasir dan menyampaikan
keluhannya. Eits, bagaimana jawaban
si kasir? Hem, dengan entengnya ia bilang, "Oh iya, ada diskon. Tadi lupa
tidak dipotong. Ini uang kekurangannya Rp 5.000," ujar si kasir. Akhirnya,
duit Rp 5.000 yang tak bisa diperoleh dengan cara bim salabim itu bisa kembali.
Mendapati
cerita itu, saya masih menganggap si kasir memang benar-nbenar lupa. Terlebih
kala itu tak ada nota dan mesin printer
notanya lagi error. Tapi, monitor
komputer yang digunakan untuk mengecek harga tidak error, namun ternyata ada diskon yang tak terbaca!
Berikutnya,
seorang teman yang lain juga berbelanja di sebuah minimarket berbeda di hari
berbeda. Sama, setalah berbelanja dan membayar di kasir seorang teman tak
mendapatkan nota. Tapi, hanya disodori duit kembalian. Karena ada barang
titipan teman lainnya, seorang teman tadi meminta nota. Eh, ternyata saat itu, selain
nota, si kasir juga menyodorkan duit Rp 5.000.
“Maaf, tadi
kembaliannya kurang Rp 5.000. Itu diskonnya belum dipotong,” ujar si kasir
sambil menyodorkannota dan duit Rp 5.000. Seorang teman yang belum sadar kalau
uang sisanya kalong Rp 5.000, pun kaget. “Untung saya minta nota, kalau tidak mungkin
uang saya terbuang sia-sia Rp 5.000," ujarnya.
Ni lain
lagi. Ni cerita gue sendiri kawan. Dua hari lalu saya mau belanja susu di
sebuah minimarket yang sama dengan yang diceritakan dua teman di atas. Hanya
beda tempat. Maklum minimarket macam ini kan
lagi marak dan berdiri di banyak tempat. Bahkan, sampai masuk di desa-desa
mengalahkan toko peracangan atau kelontong tradisioanl.
Singkatnya,
saya langsung mengambil dua kardus susu seberat masing-masing 900 gram. Sengaja
saya ambil dua kardus karena setelah dihitung akan lebih hemat. Saat itu, saya
lihat harga di rak display Rp 73.900
per kardus. Tapi, harga ini dicoret dan diganti dengan harga Rp 68.200 dengan
tanda bintang. Artinya, ada syaratnya. Setelah dibaca tulisan bertanda bintang
itu, di sana bertuliskan 'syarat belanja Rp 50.000.'
Mendapati itu,
sya berpikir sederhana saja. Dengan
membeli dua akan lebih murah. Sebab, susu pertama akan dihargai Rp 73.900 dan yang
kedua Rp 68.200. Sehingga, untuk dua kardus susu itu saya harus membayar Rp
142.100. Tapi, setelah sampai di kasir uang Rp 150.000 yang saya sodorkan ternyata
tak cukup. Saat itu kasir menyebut dua
kardus susu yang saya beli Rp 151.300.
Selain itu,
kasir juga menawarkan kapada saya mau hadiah minyak goreng atau ditergen. Mendapati
itu saya kaget. Bukan karena dapat hadiah. Tapi, karena ilmu matematika saya
dan si kasir berbeda jauh. Ada selisih harga
Rp 9.200. Sisa segini kalau digunakan untuk membeli garam kan dapat banyak.
Tak puas,
akhirnya saya tanya ke kasir, harga itu sudah termasuk diskon yang syarat belanja
Rp 50.000 atau belum. Saya jadi terkejut lagi setelah si kasir menjawab kalau
belanja Rp 50.000 itu selain susu yang saya beli. Artinya, saya harus
menghabiskan duit Rp 50.000 sebelum saya membeli susu. Hee. Saya jadi
benar-benar heran karena dalam tanda bintang tadi tidak ada keterangan kalau belanja
Rp 50.000 itu di luar susu.
Dengan
kecewa, saya pun membatalkan untuk membeli dua kardus. Dengan terpaksa, saya membeli
satu kardus yang saya pikir kala itu harganya Rp 73.900. Eh, ternyata keheranan saya masih terus terpupuk. Sebab, lagi-lagi saya
mendapat harga tak sesuai dengan yang ada di rak display. Setelah memencet tuts keyboard,
si kasir menyebut harga susu yang saya beli Rp 75.650. Jelas saya kaget. Sebab,
di rak display dengan jelas dan bisa
saya baca harganya Rp 73.900.
Untuk
mengobati kekecewaan, gue ajak tu kasir melihat harga di rak display. Ternyata, diapun meminta maaf
dan memberi saya harga susu Rp 73.900. Hem, untung kasirnya cewek dan memintan
maaf sambil tersenyum. Kalau tidak, yak gue mungkin kesel.
Sebetulnya
masih ada lagi nih, tapi agan-agan masih mau membaca atau tidak. He, gak
apa-apa, gak dibaca sekarang munkin besok masih bisa. Saya tulis sekarang,
karena khawatir penyakit menulisnya tidak kambuh, jadinya gak jadi ditulis.
Jadi, ni mumpung kambuh. Gegege.
Begini teman,
ini sering saya alami dan mungkin juga agan-agan juga pernah mengalaminya. Dua
hari lalu saya berbelanja susu lagi. Kali ini diminimarket bedak nama, tapi
yang ini juga banyak bermunculan. Seakan di mana ada dia, di sana juga ada dia.
Hee. Nah, ketika berbelanja susu, kali ini saya dapat harga Rp 68.200 kalau
beli dua kardus seberat 900 gram. Sehingga, per dua kardus saya dapat harga Rp
136.400. Mumpung promosi, saya mesisan beli 4 kardus. Sehingga, saya harus
membayar Rp 272.800.
Karena tak ada
duit pas, saya menyodorkan duit Rp 300.000. Seharsunya, si kasir mengembalikan
sisanya Rp 27.200. Tapi, si kasir hanya mengembalikan Rp 27.000. Terus, Rp
200-nya kemana? Hem, karena kala itu saya bareng istri dan anak, serta di depan
meja kasir lagi ramai, saya tak mendebatnya. Sebetulnya, dalam hati kecil saya
masih bertanya-tanya. Bukan karena duitnya, tapi kejelasannya duit saya kemana.
Sebab, kalau memang tak ada duit Rp 200 sebagai
kembalian, kenapa harus ngasih harga
Rp 68.200 kok tidak sekalian Rp
68.000 atau Rp 68.500. Kalau seandanya saya mau beli susu dan hanya membawa Rp
68.000, kemungkinan besar tidak akan boleh. Sebab, kurang Rp 200. Nah, ini Rp 200 kok tidak jelas kemana. Hehe..
(ind)
0 komentar:
Posting Komentar