Senin, 19 Oktober 2015

Penipuan Gaya Baru ala Minimarket



AWALNYA saya heran bin kurang percaya ketika seorang teman mengaku habis dicolong duitnya oleh kasir sebuah minimarket. Seorang teman mengaku membeli sejumlah barang dan membayar dengan uang lebih. Sehingga, memerlukan kembalian atas uang sisa belanja.



Setelah membayar di kasir, seorang teman itu merasa janggal karena merasa duit kembaliannya kurang. Sedangkan, si kasir tak memberikan nota dengan alasan printer-nya error. Karena merasa ada yang aneh, seorang teman mengecek lagi harga satu persatu barang yang dibelinya. Syukur belanjanya gak begitu banyak. Eh, ternyata benar. Duit sisanya kurang Rp 5.000.
Setelah memantapkan hati, akhirnya si teman kembali ke meja kasir dan menyampaikan keluhannya. Eits, bagaimana jawaban si kasir? Hem, dengan entengnya ia bilang, "Oh iya, ada diskon. Tadi lupa tidak dipotong. Ini uang kekurangannya Rp 5.000," ujar si kasir. Akhirnya, duit Rp 5.000 yang tak bisa diperoleh dengan cara bim salabim itu bisa kembali.
Mendapati cerita itu, saya masih menganggap si kasir memang benar-nbenar lupa. Terlebih kala itu tak ada nota dan mesin printer notanya lagi error. Tapi, monitor komputer yang digunakan untuk mengecek harga tidak error, namun ternyata ada diskon yang tak terbaca!
Berikutnya, seorang teman yang lain juga berbelanja di sebuah minimarket berbeda di hari berbeda. Sama, setalah berbelanja dan membayar di kasir seorang teman tak mendapatkan nota. Tapi, hanya disodori duit kembalian. Karena ada barang titipan teman lainnya, seorang teman tadi meminta nota. Eh, ternyata saat itu, selain nota, si kasir juga menyodorkan duit Rp 5.000.
“Maaf, tadi kembaliannya kurang Rp 5.000. Itu diskonnya belum dipotong,” ujar si kasir sambil menyodorkannota dan duit Rp 5.000. Seorang teman yang belum sadar kalau uang sisanya kalong Rp 5.000, pun kaget. “Untung saya minta nota, kalau tidak mungkin uang saya terbuang sia-sia Rp 5.000," ujarnya.
Ni lain lagi. Ni cerita gue sendiri kawan. Dua hari lalu saya mau belanja susu di sebuah minimarket yang sama dengan yang diceritakan dua teman di atas. Hanya beda tempat. Maklum minimarket macam ini kan lagi marak dan berdiri di banyak tempat. Bahkan, sampai masuk di desa-desa mengalahkan toko peracangan atau kelontong tradisioanl.
Singkatnya, saya langsung mengambil dua kardus susu seberat masing-masing 900 gram. Sengaja saya ambil dua kardus karena setelah dihitung akan lebih hemat. Saat itu, saya lihat harga di rak display Rp 73.900 per kardus. Tapi, harga ini dicoret dan diganti dengan harga Rp 68.200 dengan tanda bintang. Artinya, ada syaratnya. Setelah dibaca tulisan bertanda bintang itu, di sana bertuliskan 'syarat belanja Rp 50.000.'
Mendapati itu,  sya berpikir sederhana saja. Dengan membeli dua akan lebih murah. Sebab, susu pertama akan dihargai Rp 73.900 dan yang kedua Rp 68.200. Sehingga, untuk dua kardus susu itu saya harus membayar Rp 142.100. Tapi, setelah sampai di kasir uang Rp 150.000 yang saya sodorkan ternyata tak cukup. Saat itu kasir menyebut  dua kardus susu yang saya beli Rp 151.300.
Selain itu, kasir juga menawarkan kapada saya mau hadiah minyak goreng atau ditergen. Mendapati itu saya kaget. Bukan karena dapat hadiah. Tapi, karena ilmu matematika saya dan si kasir berbeda jauh. Ada selisih harga  Rp 9.200. Sisa segini kalau digunakan untuk membeli garam kan dapat banyak.
Tak puas, akhirnya saya tanya ke kasir, harga itu sudah termasuk diskon yang syarat belanja Rp 50.000 atau belum. Saya jadi terkejut lagi setelah si kasir menjawab kalau belanja Rp 50.000 itu selain susu yang saya beli. Artinya, saya harus menghabiskan duit Rp 50.000 sebelum saya membeli susu. Hee. Saya jadi benar-benar heran karena dalam tanda bintang tadi tidak ada keterangan kalau belanja Rp 50.000 itu di luar susu.
Dengan kecewa, saya pun membatalkan untuk membeli dua kardus. Dengan terpaksa, saya membeli satu kardus yang saya pikir kala itu harganya Rp 73.900. Eh, ternyata keheranan saya masih terus terpupuk. Sebab, lagi-lagi saya mendapat harga tak sesuai dengan yang ada di rak display. Setelah memencet tuts keyboard, si kasir menyebut harga susu yang saya beli Rp 75.650. Jelas saya kaget. Sebab, di rak display dengan jelas dan bisa saya baca harganya Rp 73.900.
Untuk mengobati kekecewaan, gue ajak tu kasir melihat harga di rak display. Ternyata, diapun meminta maaf dan memberi saya harga susu Rp 73.900. Hem, untung kasirnya cewek dan memintan maaf sambil tersenyum. Kalau tidak, yak gue mungkin kesel.
Sebetulnya masih ada lagi nih, tapi agan-agan masih mau membaca atau tidak. He, gak apa-apa, gak dibaca sekarang munkin besok masih bisa. Saya tulis sekarang, karena khawatir penyakit menulisnya tidak kambuh, jadinya gak jadi ditulis. Jadi, ni mumpung kambuh. Gegege.
Begini teman, ini sering saya alami dan mungkin juga agan-agan juga pernah mengalaminya. Dua hari lalu saya berbelanja susu lagi. Kali ini diminimarket bedak nama, tapi yang ini juga banyak bermunculan. Seakan di mana ada dia, di sana juga ada dia. Hee. Nah, ketika berbelanja susu, kali ini saya dapat harga Rp 68.200 kalau beli dua kardus seberat 900 gram. Sehingga, per dua kardus saya dapat harga Rp 136.400. Mumpung promosi, saya mesisan beli 4 kardus. Sehingga, saya harus membayar Rp 272.800.
Karena tak ada duit pas, saya menyodorkan duit Rp 300.000. Seharsunya, si kasir mengembalikan sisanya Rp 27.200. Tapi, si kasir hanya mengembalikan Rp 27.000. Terus, Rp 200-nya kemana? Hem, karena kala itu saya bareng istri dan anak, serta di depan meja kasir lagi ramai, saya tak mendebatnya. Sebetulnya, dalam hati kecil saya masih bertanya-tanya. Bukan karena duitnya, tapi kejelasannya duit saya kemana.
Sebab, kalau memang tak ada duit Rp 200 sebagai kembalian, kenapa harus ngasih harga Rp 68.200 kok tidak sekalian Rp 68.000 atau Rp 68.500. Kalau seandanya saya mau beli susu dan hanya membawa Rp 68.000, kemungkinan besar tidak akan boleh. Sebab, kurang Rp 200. Nah, ini Rp 200 kok tidak jelas kemana. Hehe.. (ind)

0 komentar:

Posting Komentar