BERAGAM kegiatan digelar kaum santri untuk memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2019. Termasuk di lingkungan Pesantren Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Pesantren di bawah asuhan K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, ini menggelar berbagai jenis kegiatan khas santri.
Di antaranya, ada lomba voli bersarung, futsal bersarung, jalan sehat
bersarung, sampai touring sepeda
motor bersarung. Touring sepeda motor
tersebut tak hanya diikuti oleh santri dan para kiai. Sejumlah personel Polres
Probolinggo dan Kodim 0820 Probolinggo juga ikut memeriahkannya. Termasuk Kapolres Probolinggo AKBP Eddwi Eddwi
Kurniyanto dan Dandim 0820 Letkol Inf Imam Wibowo.
Puncaknya, Selasa (22/10), Pesantren Zainul Hasan Genggong menggelar apel
HSN di tiga lokasi. Di antaranya, di halaman pondok pusat khusus santri putri, Lapangan
P5 khusus santri putra, dan di halaman Pondok Hafshawaty khusus santri putri Pondok
Hafshawaty. Ada juga acara poloan bersama dan atraksi pagar Nusa.
Sebelum apel dimulai dengan arak-arakan drumben santri SD Zainul Hasan
Genggong dan drumben santri Pesantren Zainul Hasan. Serta, disusul oleh Pagar
Nusa dan komunitas ontel. Grup drumben melintas di Jalan Raya Condong, Pesantren
Zainul Hasan Genggong mulai dari halaman Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan sampai
Pondok Pusat.
Di lapangan P5, ribuan santri putra telah siap mengikuti apel. Di antara
mereka, telihat sejumlah pengasih pesantren. Di antaranya, ada K.H. Moh. Hasan
Mutawakkil Alallah; K.H. Moh. Hasan Nauval, Gus dr. Moh. Haris Damanhury Romli,
dan KH. Moh. Hasan Maulana.
Usai apel, Kiai Mutawakkil mengaku bersyukur kepada Allah dan berterima
kasih kepada pemerintah yang telah menetapkan 22 Oktober sebagai HSN. “Kami komunitas pesantren mengapresiasi pemerintahan
bapak Ir. Joko Widodo yang telah menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri sejak
lima tahun lalu,” ujarnya.
Selain diakui melalui HSN, komunitas pesantren baru-baru ini diperkuat
oleh pemerintah dengan disahkannya Undang-Undang Pesantren. Dengan adanya
Undang-Undang Pesantren, tanggung jawab santri semakin besar.
“Santri harus bangkit dan berpartisipasi dalam membangun bangsa dan
negara. Santri tidak boleh lagi menjadi objek pembangunan. Tetapi, harus
menjadi subjek pembangunan,” ujar wakil rais syuriah PW NU Jawa Timur tersebut.
Menurutnya, komunitas pesantren merupakan pelaku agent of change sekaligus cultural
bloker. Yakni, memediasi antara
kultur atau budaya asing dengan budaya lokal. “Ke depan santri harus tampil
membela agama dan akidah ahlussunnah
waljamaah di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
Peran serta santri di masyarakat, menurut Kiai Mutawakkil, tentunya melalu
keilmuan, peradaban, dan pemberdayaaan masyarakat. Sebab, masyarakat tidak bisa
hanya hidup di atas ediologi, tetapi mereka juga perlu kemampuan ekonomi. “Perlu
peran aktif santri penuh inovasi untuk kemajuan Indonesia. Insya Allah santri unggul,
Indonesia makmur,” ujarnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar