Selasa, 22 Oktober 2019

Kiai Mutawakkil: Ada Nilai Silaturahmi dalam Poloan Khas Santri


USAI pelaksanaan apel Hari Santri Nasional (HSN), ribuan santri, asatidz, dan Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, makan bareng. Selasa (22/10), mereka menggelar poloan di Lapangan P-5 Pesantren Zainul Hasan Genggong, yang menjai venue apel HSN.


Poloan yang dimaksudkan adalah makan bersama dengan tempat makan yang tak biasa. Tampak panitia menggelar belasan plastik berukuran panjang sebagai tempat nasi dan lauk disajikan.

Kondisi perut yang mulai kroncongan bertemu dengan nasi jagung, ikan teri dipadu dengan terong bakar dan sambal pedas khas santri, membuat selera makan kaum sarungan ini semakin memuncak. Terbukti tak membutuhkan waktu lama, menu yang disajikan langsung dilahap habis.

Dikomando Pengasuh Pesantren Genggong K.H. Moh. Hasan Nauval, ribuan santri membaca doa sebelum menyantap hidangan yang disajikan. Di balik nikmatnya makan bersama ala santri ini, banyak makna yang tersimpan.

Seperti diakui Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah. Menurutnya, ada nilai silaturahmi dan kebersamaan, baik di antara sesama santri maupun dengan pengasuh. “Tidak ada sekat di antara kita dengan tetap menjaga ahlakul karimah,” ujarnya.

Kiai Mutawakkil mengatakan poloan akbar ini tak lain sebagai rasa syukur dan ungkapan gembira dengan adanya HSN. Poloan merupakan salah satu ciri khas santri di pesantren manapun di negeri ini. “Kalau ada pesantren tidak ada poloannya, itu mungkin tergolong pesantren baru,” ujarnya.

Pesantren yang tidak ada tradisi poloannya, menurut Kiai Mutawakkil, tidak memiliki karomah, haibah, dan tidak memiliki ikatan kuat sebagai layaknya pesantren-pesantren salafiyah di Indonesia. “Rata-rata pondok besar manapun santrinya suka poloan,” ujarnya. (*)


0 komentar:

Posting Komentar