USAI pelaksanaan
apel Hari Santri Nasional (HSN), ribuan santri, asatidz, dan Pengasuh Pesantren
Zainul Hasan Genggong, makan bareng. Selasa (22/10), mereka menggelar poloan di
Lapangan P-5 Pesantren Zainul Hasan Genggong, yang menjai venue apel HSN.
Poloan
yang dimaksudkan adalah makan bersama dengan tempat makan yang tak biasa. Tampak
panitia menggelar belasan plastik berukuran panjang sebagai tempat nasi dan
lauk disajikan.
Kondisi
perut yang mulai kroncongan bertemu dengan nasi jagung, ikan teri dipadu dengan
terong bakar dan sambal pedas khas santri, membuat selera makan kaum sarungan
ini semakin memuncak. Terbukti tak membutuhkan waktu lama, menu yang disajikan
langsung dilahap habis.
Dikomando
Pengasuh Pesantren Genggong K.H. Moh. Hasan Nauval, ribuan santri membaca doa
sebelum menyantap hidangan yang disajikan. Di balik nikmatnya makan bersama ala
santri ini, banyak makna yang tersimpan.
Seperti
diakui Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, K.H. Moh. Hasan Mutawakkil
Alallah. Menurutnya, ada nilai silaturahmi dan kebersamaan, baik di antara
sesama santri maupun dengan pengasuh. “Tidak ada sekat di antara kita dengan
tetap menjaga ahlakul karimah,” ujarnya.
Kiai
Mutawakkil mengatakan poloan akbar ini tak lain sebagai rasa syukur dan
ungkapan gembira dengan adanya HSN. Poloan merupakan salah satu ciri khas
santri di pesantren manapun di negeri ini. “Kalau ada pesantren tidak ada poloannya,
itu mungkin tergolong pesantren baru,” ujarnya.
Pesantren
yang tidak ada tradisi poloannya, menurut Kiai Mutawakkil, tidak memiliki
karomah, haibah, dan tidak memiliki ikatan kuat sebagai layaknya
pesantren-pesantren salafiyah di Indonesia. “Rata-rata pondok besar manapun santrinya
suka poloan,” ujarnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar