Sabtu, 31 Mei 2014

Korupsi Duit Tamu Allah



TERSANGKA: SDA yang ditetapkan jadi tersangka kasus korupsi oleh KPK.

 KEJAHATAN korupsi benar-benar telah menggurita di negeri ini. Pelakunya juga berasal dari lintas sektor. Dari pejabat pemerintahan sampai anggota dewan perwakilan rakyat. Bahkan, kini yang lebih memalukan korupsi masuk kementerian agama yang bisa dikatakan orang-orangnya lebih dekat dengan Tuhan dan lebih mengerti halal haram. --------------------------------


Petinggi kementerian agama, Suryadarma Ali, ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi. Ironisnya, yang diduga dikorupsi duit umat yang hendak bertamu kepada Allah SWT. Meski masih tersangka dan belum tentu salah, tapi ini sangat memalukan. Meski, kini politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) salah paham karena telah menetapkannya menjadi tersangka koruptor.
Entah, harapan ini ada yang mengamini atau tidak, atau malah sebaliknya banyak yang mencibir. Sebab diketahui, selama ini, hampir saban tahun, pelayanan terhadap jamaah haji Indonesia selalu amburadul. Padahal, mereka telah mengeluarkan duit cukup banyak yang disetor 5 sampai 10  tahun sebelum berangkat. Tahun ini, setiap calon jamaah haji bisa mendapatkan nomor antrean bila menyetor duit Rp 30 juta. Mereka pun bisa berangkat setelah “mengeramkan” duitnya sekitar 5 sampai 10 tahun di kementerian agama. Nah, bila dihitung secara matematis, berapa rupiah bunga dari duit itu selama 10 tahun? Naifnya, bunga dari duit calon jamaah itu tak jelas kemana dan peruntukannya untuk apa.
Pada garis besarnya, ada tiga penyebab utama terjadinya kejahatan atau tindakan kriminal, termasuk korupsi. Yakni, adanya ada niat, kesempatan, dan tidak adanya rasa malu. Tiga hal ini seakan memperoleh pembenaran secara vulgar di Indonesia. Kesempatan untuk melakukan korupsi di Indonesia sangat terbuka lebar, karena lemahnya sistem, lemahnya pengawasan, dan rendahnya moral oknum penegak hukum. Di pihak lain, niat untuk korupsi tumbuh subur karena rendahnya penghargaan terhadap profesi di Indonesia serta miskinnya keteladanan dari pemimpin maupun tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Di samping itu, juga makin miskinnya rasa malu para calon koruptor. Sehingga, ia menganggap perbuatannya tak akan ada yang mengetahui. Padahal, Tuhan tak pernah lepas mengawasi kita. (ind)

0 komentar:

Posting Komentar