Rabu, 19 Juli 2017

Ketika Malas Menulis



TAK TERASA. Benar, tak terasa sudah setahun lebih tidak ada tulisan yang saya posting di blog ini. Bukan karena tidak ada ide mau menulis apa. Banyak ide yang sebtulnya ingin dituis, tapi entah mengapa belakangan ini saya malas menulis. Beginilah. Padahal, cita-cita awal saya membuat blog ini agar saya makin gairah menulis. Sebab, sudah ada tempat untuk menuangkan ide dan unek-unek. Atau, minimal sebulan sekali ada tulisan yang lahir dari tanganku dan diposting di blog ini.
------------------------------

Entah mengapa rasa malas itu masih saja selalu menghampiri. Namun, saya bersyukur karena keinginan untuk terus menulis masih ada dalam diri ini. Meski jelas butuh terus dipupuk agar makin bersemi dan bisa merealisasikan cita-cita awal “minimal sebulan sekali menulis dan memposting satu tulisan dalam blog ini.”
Sejatinya, selama ini banyak ilmu yang saya dengarkan dari ahlinya. Mulai dari ulama sampai orang-orang yang sukses membahagiakan keluarganya, meski hanya berjualan kacang rebus. Maunya, semua ilmu itu akan saya bagi melalui blog ini. Namun, lagi-lagi “penyakit” malas menulis menjangkiti diri. Padahal, diri ini tetap menyadari jika ilmu itu tak ditulis, akan mudah hilang. Begitu juga ilmu yang tak diamalkan, tidak akan ada manfaatnya.
Ku mencoba menggali berbagai kalam dan petuah orang-orang pintar dan sukses menyenangkan diri dan keluarganya. Aku hanya ingin belajar bagaimana mereka menikmati hidup, tanpa terbebani dengan kehidupan dunia yang hanya sementara.
Namun, ketika usaha itu gali, sering tertimpa isu-isu aktual yang kadang juga menarik untuk ditulis dan dikomentari. Mulai dari masalah penistaan agama, isu politik, korupsi, sampai terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Lima Hari Sekolah.
Isu-isu itu sempat menarik minat diri untuk ikut mengeluarkan pendapat. Seperti isu politik, bagaimana jika lembaga terhormat dan kumpulan orang-orang terhormat dipimpin tersangka koruptor. Hati ini bependapat, lebih baik dia mundur sebagai bentuk penghargaannya dan demi menjaga marwah DPR RI yang merupakan lembaga wakil rakyat. Namun, isu ini belum mampu menggerahkan hati dan otak untuk memerangi penyakit malas menulis.

Begitu juga dengan masalah hak angket KPK yang kini tengah berjalan. Sejumlah orang menyebut hak angket ini menyalahi aturan, namun DPR RI tetap jalan. Itu, berarti sebagian lagi ada yang menganggap sah-sah saja Pansus Angket membidik KPK. Menurut hati, alangkah baiknya bila pihak yang menganggap Pansus Angket KPK ini tidak sah, mengajukan keberatannya ke pengadilan, sehingga jelas status mereka. Namun, lagi-lagi idenya terbunuh oleh malas. (ind)

0 komentar:

Posting Komentar