TAK TERASA. Benar, tak
terasa sudah setahun lebih tidak ada tulisan yang saya posting di blog ini.
Bukan karena tidak ada ide mau menulis apa. Banyak ide yang sebtulnya ingin
dituis, tapi entah mengapa belakangan ini saya malas menulis. Beginilah. Padahal,
cita-cita awal saya membuat blog ini agar saya makin gairah menulis. Sebab,
sudah ada tempat untuk menuangkan ide dan unek-unek. Atau, minimal sebulan
sekali ada tulisan yang lahir dari tanganku dan diposting di blog ini.
------------------------------
Entah
mengapa rasa malas itu masih saja selalu menghampiri. Namun, saya bersyukur
karena keinginan untuk terus menulis masih ada dalam diri ini. Meski jelas
butuh terus dipupuk agar makin bersemi dan bisa merealisasikan cita-cita awal
“minimal sebulan sekali menulis dan memposting satu tulisan dalam blog ini.”
Sejatinya,
selama ini banyak ilmu yang saya dengarkan dari ahlinya. Mulai dari ulama
sampai orang-orang yang sukses membahagiakan keluarganya, meski hanya berjualan
kacang rebus. Maunya, semua ilmu itu akan saya bagi melalui blog ini. Namun,
lagi-lagi “penyakit” malas menulis menjangkiti diri. Padahal, diri ini tetap
menyadari jika ilmu itu tak ditulis, akan mudah hilang. Begitu juga ilmu yang
tak diamalkan, tidak akan ada manfaatnya.
Ku
mencoba menggali berbagai kalam dan petuah orang-orang pintar dan sukses
menyenangkan diri dan keluarganya. Aku hanya ingin belajar bagaimana mereka
menikmati hidup, tanpa terbebani dengan kehidupan dunia yang hanya sementara.
Namun,
ketika usaha itu gali, sering tertimpa isu-isu aktual yang kadang juga menarik
untuk ditulis dan dikomentari. Mulai dari masalah penistaan agama, isu politik,
korupsi, sampai terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Lima
Hari Sekolah.
Isu-isu
itu sempat menarik minat diri untuk ikut mengeluarkan pendapat. Seperti isu
politik, bagaimana jika lembaga terhormat dan kumpulan orang-orang terhormat dipimpin
tersangka koruptor. Hati ini bependapat, lebih baik dia mundur sebagai bentuk
penghargaannya dan demi menjaga marwah DPR RI yang merupakan lembaga wakil
rakyat. Namun, isu ini belum mampu menggerahkan hati dan otak untuk memerangi
penyakit malas menulis.
Begitu
juga dengan masalah hak angket KPK yang kini tengah berjalan. Sejumlah orang
menyebut hak angket ini menyalahi aturan, namun DPR RI tetap jalan. Itu,
berarti sebagian lagi ada yang menganggap sah-sah saja Pansus Angket membidik
KPK. Menurut hati, alangkah baiknya bila pihak yang menganggap Pansus Angket
KPK ini tidak sah, mengajukan keberatannya ke pengadilan, sehingga jelas status
mereka. Namun, lagi-lagi idenya terbunuh oleh malas. (ind)
0 komentar:
Posting Komentar